Rasa Paling Luar Biasa

Malam dua belas Rabiul Awwal terasa tentram. Hari ini, detik ini juga, Rasulullah Berulang tahun. Seperti yang diceritakan di dalam kitab kitab salaf dan para Kyai, seluruh makhluk di dunia - kecuali Iblis - bersuka cita merayakannya. Mungkin itulah kenapa malam ini rasanya seperti tidak berada di dunia biasa.

Sang lima vokalis pondok di atas bersholawat dengan merdu meliuk liuk begitu syahdu. Iringan dari bunyi terbang dan kawan kawan bergema sangat mengasyikkan. Lantunan syair syair yang indah kami haturkan kepada sang pembawa berkah, Nabi Agung Muhammad ﷺ. Suasana di dalam aula majlis benar benar tak terkira. Apakah rasanya Bahagia? Tidak. Ini terasa beribu ribu kali lebih luar biasa darinya.

مُغْرَمْ …... قَلْبِيْ بِحُبَّكْ مُغْرَمْ

Tergila-gila.... Hatiku tergila-gila mencintaimu

يَا مُصْطَفَانَا الْمُكَرَّمْ  ,يَارَسُوْلَ الله

Duhai kekasih kami termulia, wahai Rasulullah


Aku kesulitan hanya merangkainya dalam sebuah kata kata, benar benar tergila gila. Ini sungguh menakjubkan. Aku menghabiskan enam tahun dari umurku untuk hidup sebagai kaum sarungan, memahami Fiqih, mempelajari Nahwu Shorof, mendalami Tashowuf, juga mencicipi Faroidl, Falak, Tafsir, dan berbagai ilmu luar biasa dari kitab kitab Ulama’ Salaf terdahulu. Aku diajari mandiri, bagaimana bertanggung jawab, bermuamalah yang layak, dan hal hal lainnya yang diperlukan sebagai seorang manusia yang baik dan diperlukan masyarakat.

Namun, hal paling hebat yang aku dapatkan dari Kota Santri ini adalah  mengetahui bahwa kami adalah sosok yang spesial. Karena apa? Karena kami - bukan hanya kami, melainkan swluruh umat islam di dunia - adalah umat Habibulloh, Nabi Agung Muhammad ﷺ. Aku juga diajari hal luar biasa lainnya. Yaitu, mengetahui bagaiamana merasakan cinta kepada sang insan paling mulia. Sosok yang membuat para malaikat terkagum kagum karena bersihnya dia, yang mempunyai keistemewaan bisa berbincang dengan Allah di Sidratul Muntaha, yang syafa’atnya luas tak terkira, yang menjadi alasan seluruh alam semesta ini diciptakan, yang bahkan para Nabi Bani Israil iri ingin menjadi umatnya. Sosok yang sangat istemewa itu selalu memikirkan kita semua, para umatnya yang bahkan banyak yang tidak baik baik, menyayangi mereka para umatnya lebih dari kasih sayang orang tua, menangis bila kita berbuat dosa, memintakan ampun kepada umatnya yang masuk neraka, bahkan enggan masuk surga sebelum umat umatnya yang disayangi memasuki gerbang surga.

Maka, bagaimana mungkin kita masih tidak bisa mencintainya?



بشری لنا نلناالمنا ۰۞۰ زال العنی وفاالهنا

"Kebahagiaan milik kami karena kami memperoleh harapan, dan hilang sudah semua kesusahan, lengkap sudah semua kebahagiaan"

Untuk itulah, jangan konyol teman temanku! Sepatutnya kita berbahagia, bersuka cita dengan Nabi. Bukan seperti Iblis yang membenci, sangat membenci hari mulia ini. 

الصَلاَةُ وَالسلامُ علَيْكَ يَاسَيِّدِيْ يَارَسْوْلَ اللهِ خُـــذْ بِيَدِيْ


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama