Laksana Penggorengan

 


 Sering menjadi pertanyaan kita semua, mengapa seseorang terkadang bersikap baik pada jam ini, namun berkelakuan buruk di waktu yang lain?

Seorang Ustadz di pondok pernah memberikan sebuah jawaban. Karena, layaknya penggorengan di wajan, harus sering dibolak-balik supaya masakan yang ada di dalamnya tidak rusak. Diibaratkan manusia, ia terkadang menebarkan kebaikan. Tapi di waktu yang lain, sebaliknya, ia sering berperilaku buruk. Karena, ia tidak bisa bertahan di satu bagian, dan apabila dipaksakan, diibaratkan masakan dalam wajan penggorengan, ia akan rusak. Yah, itu bila wadah kehidupan kalian hanya sekelas wajan.



Apabila wadah pemasak kita naikkan levelnya, sebuah oven tidak ada acara membolak-balik masakan di dalam wadahnya. cukup dimasukkan, ditunggu sebentar, dan akan segera matang. Sangat simpel bukan? Ya, seperti yang kita tahu, oven adalah tempat memasak yang lebih berkelas ketimbang wajan. Dianalogikan insan bernyawa, yang profesional bisa lebih simpel dan tidak ribet dalam amalnya. ia mungkin bisa bertahan dalam kebaikan.

Namun, tahukah kalian? Seorang koki profesional dapat melahirkan sebuah masakan spektakuler dari wajan penggorengan. Bahkan, masakan dari wajan itu bisa mengalahkan masakan dari oven. Maka, disamakan dengan seorang guru. Koki - dalam konteks ini juga berarti guru - yang baik, profesional, dan hebat bisa mengeluarkan masakan (murid) luar biasa, walaupun berasal dari sesuatu biasa seperti wajan.

Seperti masakan pula, terkadang wajan penggorengan bisa menciptakan masakan luar biasa lebih dari oven. Tapi, tak jarang juga sebuah oven mengeluarkan makanan yang lebih menjanjikan dari wajan. Namun, apapun itu, kita tidak akan bisa tahu sebelum merasakannya, sebelum masakannya keluar dari wadah masaknya. Sama juga dengan manusia, walaupun ia berasal dari sesuatu berkelas seperti oven, bukan berarti ia bisa menjadi lebih baik dari yang biasa seperti wajan penggorengan.

         Sebelum final, akan saya berikan sebuah resep rahasia supaya masakan kita menjadi luar biasa. Sebuah masakan yang spektakuler akan semakin luar biasa enak apabila diberi bumbu cinta di dalamnya, apalagi bila itu ditujukan untuk orang tercinta. Seperti dalam kasus Pearl dalam kartun Spongebob. Di situ, paus yang menjadi anak kepiting itu hanya bisa diobati dengan diberi makan sampai kenyang. Mr. Krabs yang meditnya super itu kebingungan, karena walau seisi kulkas dilumat habis, Pearl masih sangat lapar. Akhirnya, Spongebob pun turun tangan dan cukup baginya memasak satu krabby patty yang dibumbui perasaan cinta. Maka, jadilah ‘satu krabby patty dengan cinta yang setara dengan seribu krabby patty biasa’ ujar Spongebob Squarpants kala itu.

          Begitu pula manusia, kita akan memberikan hal luar biasa dengan tujuan untuk orang-orang tersayang. Dan tentu kalian tahu, siapa yang paling pantas menjadi tujuan. Yaitu; Orang tua, Guru, Rasulullah, Allah. Maka, ketika kita sudah mendaftarkannya pada orang tersayang di hati kita, kita juga harus memberikan persembahan terbaik untuknya.

          The last, seperti masakan juga, harus selalu ada unsur cinta di dalamnya. Karena, dengan adanya cinta, segala hal yang ada di dunia, baik itu buruk maupun baik, Insya Allah kita bisa membuatnya menjadi indah. Yah, itulah cinta. Sesuatu yang para filsuf dan orang orang hebat kesulitan mendefinisikannya.

          

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama